Uni Eropa Tolak Seruan Netanyahu untuk Akui Yerusalem Ibu Kota Zionis
BRUSSELS (SALAM-ONLINE): Uni Eropa (UE) menolak seruan Perdana Menteri penjajah, Benjamin Netanyahu, untuk mengakui Baitul Maqdis (Yerusalem) sebagai ibu kota wilayah jajahan Zionis.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, bertemu dengan Netanyahu pada Senin (11/12/2017) di Brussels. Dalam 22 tahun, ini merupakan kunjungan pertama perdana menteri penjajah Zionis ke Uni Eropa.
Pertemuan tersebut terjadi kurang dari sepekan setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa mereka mengakui Baitul Maqdis sebagai ibu kota Zionis dan Akan memindahkan kedutaannya ke kota tersebut. Langkah AS ini dinilai sebagai sebuah keputusan sepihak dan menimbulkan kecaman internsional serta memicu konflik baru dan mematikan antara warga Palestina dengan tentara Zionis.
“Kami akan terus menghormati konsensus internasional mengenai Yerusalem sampai status akhir Kota Suci diselesaikan melalui negosiasi langsung antara semua pihak,” kata Mogherini dalam konferensi pers bersama Netanyahu di Brussels, sebagaimana dilansir Aljazeera, Selasa (12/12).
Sementara itu, Netanyahu menegaskan kembali dukungannya terhadap keputusan Trump tentang pengakuan ibu kota Zionis tersebut.
“Yerusalem telah menjadi ibu kota Zionis selama 70 tahun terakhir. Saya pikir apa yang telah dilakukan Presiden Trump adalah meletakkan fakta di atas meja,” klaim Netanyahu.
“Yerusalem (Baitul Maqdis) adalah ibu kota Zionis, tidak ada yang bisa menyangkal, tidak menghindarkan kedamaian, itu membuat kedamaian, karena mengenali kenyataan adalah substansi kedamaian, itulah dasarnya.”
Namun para pemimpin dunia dengan keras mengecam pengakuan sepihak AS tersebut.
Mogherini juga menolak gagasan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa akan memindahkan kedutaan mereka ke Baitul Maqdis. “Langkah ini tidak boleh terjadi,” ujarnya menekankan. (EZ/Salam-Online)
Sumber: Aljazeera