GOWA (SALAM-ONLINE): Sejumlah lembaga Islam di Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar dialog dengan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Prof Dr Musafir Pababbari, M.Si, terkait keberadaan komunitas Syiah di Kampus UIN Alauddin.
Pertamuan berlangsung di ruang kerja rektor, Kampus II UIN, Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel, pada Rabu (27/12/2017) lalu.
Pertemuan yang diisi dengan dialog soal Syiah itu diikuti oleh Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI) Indonesia Timur, Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Sulawesi Selatan, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muslim Makassar, Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) dan Forum Arimatea Sulsel.
Dalam pertemuan itu secara mengejutkan, Prof Musafir mengaku tidak mempersoalkan keberadaan Syiah yang leluasa masuk ke perguruan tinggi yang dipimpinnya.
“Jangankan Syiah, Komunis pun saya terima di UIN Alauddin. Dan sudah berapa yang datang di UIN, yang humanis, yang Komunis, yang tidak ada masalah sama saya. Saya terima semua,” ujarnya seperti dikutip Tim Forum Pegiat Media Islam (Forpemi) Sulsel yang meliput jalannya dialog.
Musafir juga menganggap fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang kesesatan paham Syiah, tidak mengikat secara hukum. Dia mengatakan, fatwa itu boleh diikuti, bisa juga tidak.
“Majelis Ulama, ya, Majelis Ulama. Kita di sini hanya tataran akademis. Silakan kita berdebat secara akademis,” tantang Musafir.
Menurutnya, persoalan Syiah dan Sunni sudah selesai. Secara akademis telah dibahas secara tuntas. Tidak ada lagi yang perlu dipersoalkan. Masalah pengamalan, itu individu.
Tim Forpemi Sulawesi Selatan yang meliput jalannya dialog itu, menangkap kesan tidak bersahabat dari Rektor UIN kepada para tamunya.
Menurut Tim Forpemi, berkali-kali Rektor UIN yang pernah berkunjung ke Iran selama sepekan itu, meninggikan suaranya. Beruntung, kata Tim Forpemi, perwakilan LBH Muslim Makassar selalu menyanggahnya dengan dalil hukum, sehingga Musafir pun memilih mengalah.
Sementara Ketua LPPI Indonesia Timur, Kiai HM Said Abd Samad, Lc, menjelaskan maksud kedatangannya hanya sekadar ingin memberikan saran dan masukan ke UIN Alauddin sebagai salah satu kampus Islam terbesar di kawasan timur Indonesia.
Wakil Pimpinan Muhammadiyah Daerah Makassar itu memaparkan tentang perlunya paham Syiah diwaspadai. Apalagi para pengikutnya sudah terang-terangan masuk ke kampus-kampus.
“Ada Kullukum Ra’in wa Kullukum Mas’ulun. Kalau mahasiswa ini setelah mendengar penjelasan-penjelasan yang menarik, lalu terpengaruh dengan Syiah, bukankah ini tanggung jawab (Prof) di akhirat!” tegas Kiai Said.
Dalam kesempatan itu, Kiai Said berjanji akan kembali menemui Musafir Pababbari dan berdialog langsung untuk membahas masalah Syiah.
Sebelum pertemuan itu digelar, Kiai Said terlebih dahulu menyanggah dan membantah pernyataan Ghasem Muhammadi dan Ebrahim Zargar, dua pengajar dari Al Mustafa International University of Iran, saat menjadi pembicara di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin. (S)
Sumber: Tim Forum Pegiat Media Islam (Forpemi) Sulsel