Video: Presiden Erdogan Terima Fawzi, Remaja Simbol Perlawanan Palestina
ISTANBUL (SALAM-ONLINE): Presiden Recep Tayyip Erdogan, Rabu (17/1/18) menerima Fawzi al-Junaidi, seorang remaja simbol perlawanan Palestina terhadap keputusan sepihak AS yang mengklaim Baitul Maqdis (Yerusalem) sebagai ibu kota Zionis “Israel”.
Erdogan bertemu Al-Junaidi (16 tahun), yang tiba di Turki pada Selasa (16/1) untuk kunjungan tiga hari, lansir kantor berita Turki, Anadolu Agency.
Untuk diketahui, Al-Junaidi ditangkap pada 7 Desember 2017 di Kota Hebron, Tepi Barat (Al-Khalil) setelah dia diseret di tanah dengan mata ditutup oleh tentara penjajah yang dilengkapi senjata berat.
Setelah tiga pekan ditahan Zionis, Fawzi akhirnya dibebaskan dengan jaminan dan kembali ke keluarganya pada 28 Desember 2017.
Setelah penangkapan Al-Junaidi, sebuah foto remaja yang ditutup matanya menjadi simbol perlawanan Palestina atas penjajahan Zionis “Israel”. Sejak keputusan AS yang mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota wilayah jajahan Zionis, eskalasi aksi protes dan perlawanan itu makin meningkat. Belasan warga Palestina gugur, selain banyak yang ditangkapi penjajah. Tak hanya di Palestina, kecaman dan protes pun berlangsung di berbagai penjuru dunia, khususnya dunia Arab dan Muslim.
Sebelum bertemu Erdogan, Al-Junadi berkesempatan mengunjungi rangkaian film serial TV populer Turki seperti Payitaht Abdul Hamid yang menggambarkan Kekhilafahan Ottoman pada masa Khalifah Sultan Abdul Hamid.
Akun Twitter resmi dari serial itu berbagi foto Al-Junaidi dengan para aktor Payitaht di film tersebut.
Selain bertemu Presiden Erdogan dan berkunjung ke beberapa tempat, Al-Junaidi juga diterima Menteri Sosial dan Keluarga, Fatma Betul Sayan Kaya pada Kamis (18/1). Dalam pertemuan tersebut, Kaya memuji keberanian anak laki-laki Palestina tersebut.
“Saya sangat tersanjung dapat bertemu anak heroik ini di sini,” kata Kaya yang menegaskan bahwa Turki selalu berdiri untuk Palestina.
Al-Junaidi menyampaikan apresiasinya kepada menteri dan rakyat Turki. “Mereka (penjajah ‘Israel’) menguasai hak-hak kami, bukan hanya tanah kami,” ungkapnya.
Selama ditahan 22 hari dia menyaksikan orang-orang Palestina diperlakukan dengan sangat buruk di penjara Zionis. “Masyarakat internasional mengabaikan situasi ini,” ujarnya. (MNM/Salam-Online)
Sumber: Anadolu Agency