Gelar Sidang Darurat, PBB Ingatkan Situasi Memburuk di Gaza Beberapa Hari Mendatang
NEW YORK (SALAM-ONLINE): Seorang pejabat tinggi PBB pada Jumat (30/3/2018) memperingatkan kemungkinan situasi yang memburuk terjadi di Jalur Gaza dalam beberapa hari mendatang.
Ia mendesak penjajah Zionis untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam kerangka hukum hak asasi manusia (HAM) internasional terkait terbunuhnya 15 warga Palestina dalam aksi damai, Jumat, Kantor Berita Anadolu Agency melansir, Sabtu (31/3).
Dewan Keamanan PBB pada Jumat (30/3) menggelar sidang darurat atas permintaan Kuwait karena 15 orang Palestina di Gaza menjadi martir setelah tentara penjajah “Israel” menembaki ribuan demonstran yang menggelar protes damai.
“Ada ketakutan situasi mungkin memburuk dalam beberapa hari mendatang,” kata Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik Taye-Brook Zerihoun pada sesi darurat.
Dia juga menuntut “Israel” agar memenuhi tanggung jawabnya di bawah hukum internasional. Zerihoun menekankan bahwa kekuatan mematikan harus digunakan hanya sebagai upaya terakhir.
Wakil permanen Kuwait Mansour Al-Otaibi menegaskan bahwa demonstran Palestina “tidak bersenjata”. Dia menekankan bahwa demonstrasi itu berlangsung damai.
Al-Otaibi mengutuk serangan mematikan penjajah “Israel” tersebut.
Diplomat AS Walter Miller mendorong kedua pihak agar mengambil langkah-langkah untuk mencegah bentrokan berikutnya dan meningkatnya ketegangan. “Kami sangat sedih dengan hilangnya nyawa di Gaza,” katanya.
Perwakilan tetap Rusia, Vladimir Safronkov, mengatakan Moskow “sangat” prihatin dengan perkembangan di Gaza.
“Ada kebutuhan nyata untuk meningkatkan upaya mediasi diplomatik dalam rangka untuk mengurangi memburuknya situasi ,” ujar Safronkov.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pernyataan tertulisnya meminta penyelidikan independen dan transparan atas penembakan maut terhadap 15 warga Palestina tersebut. Sementara Dewan Keamanan sedang melakukan sidang untuk sesi darurat.
Guterres menyatakan keprihatinan mendalam tentang serangan mematikan dan mendesak pihak penjajah untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan korban bertambah, terutama tindakan yang dapat menempatkan warga sipil berada pada situasi yang membahayakan.
Puluhan ribu warga Gaza menggelar aksi protes di perbatasan timur sepanjang 45 kilometer (28 mil) dengan wilayah jajahan untuk menegaskan kembali hak mereka di Palestina yang bersejarah.
Beberapa jam sebelum unjuk rasa, seorang petani Palestina ditembak mati ketika peluru artileri Israel menghantam tanahnya di Jalur Gaza selatan.
“Israel” mengerahkan ribuan anggota pasukan di sepanjang perbatasan untuk mengantisipasi demonstrasi massa yang dinamakan “Great March of Return” yang juga berusaha menekan penjajah untuk mencabut blokade Gaza lebih dari satu dekade.
Unjuk rasa didukung oleh hampir semua faksi politik Palestina, yang berulang kali menekankan sifat damai dalam aksi tersebut.
Sejak 2007, Jalur Gaza telah menderita akibat blokade “Israel”-Mesir yang melumpuhkan, menghancurkan ekonominya dan merampas banyak komoditas penting bagi lebih dari 2 juta penduduknya.
Demonstrasi Jumat bertepatan dengan “Hari Tanah Palestina” yang memperingati pembunuhan enam warga Palestina oleh pasukan “Israel” pada 30 Maret 1976.
Enam warga yang ditembak mati itu merupakan bagian dari massa demonstran yang berupaya mempertahankan tanah Palestina yang luas dari rampasan penjajah Zionis. (S)
Sumber: Anadolu Agency