Tolak Wajib Militer, Yahudi Ultra-Ortodoks Bentrok dengan Pasukan Penjajah Zionis
AL-QUDS (SALAM-ONLINE): Pasukan Polisi penjajah Zinois mengerahkan granat kejut dan meriam air melawan ratusan Yahudi Ultra-Ortodoks yang memprotes rancangan wajib militer Senin (16/4/2018) malam.
Pasukan penjajah menggunakan granat kejut dan meriam air untuk membubarkan para demonstran setelah metode pengendalian massa yang normal gagal, lapor Times of Israel, sebagaimana dilansir kantor berita Anadolu, Senin (16/4).
Dilaporkan bahwa protes itu dipicu setelah desas-desus mulai menyebar tentang penangkapan seorang wanita muda karena menghindar dari draf wajib militer di kawasan Yerusalem (Al-Quds), Har Nof.
Kerusuhan dimulai dengan puluhan orang yang mulai melemparkan proyektil ke mobil, sumber aparat penjajah melaporkan. Polisi penjajah mencoba mengendalikan kerumunan massa yang dengan cepat bertambah menjadi ratusan demonstran. Beberapa pengunjuk rasa dilaporkan terluka dalam aksi tersebut.
Juru bicara polisi penjajah, Micky Ronsenfeld, mengatakan, unit-unit polisi di Yerusalem membubarkan demonstrasi dengan granat kejut setelah empat petugas polisi terluka ringan.
Bentrokan kemarin terjadi di balik ketegangan yang sedang berlangsung antara komunitas Yahudi Ultra-ortodoks dengan pejabat penjajah “Israel”. Pada Maret 2018 lalu, Perdana Menteri penjajah, Benjamin Netanyahu, menghadapi kemungkinan kejatuhan koalisinya yang berkuasa lebih dari satu periode terkait wajib militer yang ditolak Yahudi ultra-Ortodoks tersebut.
Dalam demonstrasi sebelumnya, kaum Yahudi Ortodoks menutup jalan-jalan di Yerusalem sebagai protes terhadap wajib militer. (S)
Sumber: Middle East Monitor