Kapal Ramadhan ACT Tembus Laut 72 Jam untuk Bantu Warga Muslim NTT
ALOR (SALAM-ONLINE): Kapal Ramadhan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sudah berlayar tiga hari atau 72 jam yang sejak Kamis (31/5/2018) bertolak dari pelabuhan Garongkong, Sulsel.
Kapal yang membawa 10 ribu paket bantuan pangan ini telah berlabuh di pelabuhan Labuhan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT pada Jumat (1/6) lalu.
Di sana kapal menurunkan 3.700 paket bantuan pangan untuk disalurkan ke tiga kabupaten, di antaranya Kabupaten Maumere, Manggarai Barat dan Manggarai Timur. Sebelas orang relawan diterjunkan untuk mengawal bantuan sampai ke tempat tujuan.
Butuh waktu 25 jam untuk sampai ke pelabuhan Labuan Bajo dari pelabuhan Garongkong. Sepanjang perjalanan para relawan menghabiskan waktunya dengan berbagai kegiatan. Mulai dari perkenalan, penyuluhan program sampai pemetaan kondisi daerah tujuan.
Sahur pertama di Kapal Innerie II sangat berkesan bagi para relawan, terlebih bagi Achmad Suhadi. Pria 30 tahun asal Serang ini adalah salah salah satu relawan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) cabang Banten. Pria satu anak itu baru pertama kali mengikuti aksi penyaluran bantuan ke pelosok Indonesia. Hadi, sapaannya, pergi bersama temannya sesama relawan MRI.
“Saya ingin jadi manusia yang lebih bermanfaat lagi,” kata dia kepada Islam News Agency (INA) yang turut serta dalam Kapal Ramadhan ACT ini.
Hadi mengaku beruntung bisa terpilih menjadi bagian dari Kapal Ramadhan. Dia mengungkapkan, dari 150 relawan MRI yang mendaftar hanya dua orang yang lolos seleksi.
Demikian juga bagi Achmad Farudi, nama lengkap Rudi, merupakan salah seorang relawan yang bergabung dalam misi kemanusiaan ini. Dia bersama dua orang rekannya berasal dari MRI Bali. Bagi remaja 18 tahun ini, menjadi relawan adalah panggilan jiwa.
“Kami bertiga dari Bali, berbekal niat untuk membantu sesama, ingin menjadi relawan, bergabung bersama ACT,” tuturnya kepada INA, kantor berita yang diinisiasi Jurnalis Islam Bersatu (JITU).
Meski belasan jam berada di atas laut, namun Rudi tetap semangat mengantarkan bantuan hingga tujuan. “Sudah biasa membantu. Sewaktu Bali ada erupsi Gunung Agung, saya juga bersama tim MRI ikut membantu korban erupsi,” ucapnya seolah menyiratkan dalam setiap pekerjaan baik pun selalu ada tantangan.
Semangat serupa juga ditunjukkan salah seorang relawan dokter dari Universitas Indonesia (UI), Refitia (25). Pemilik nama lengkap Refitia Inayah Putri itu termotivasi ikut dalam misi ini lantaran melihat akses kesehatan warga NTT yang masih minim.
“Karena alasan tersebut kami berharap pelayanan kesehatan dapat menyentuh masyarakat di daerah terpencil. Jadi, mereka dapat memanfaatkan layanan kesehatan ini untuk berobat,” tutur dokter gigi itu.
Refitia pun berharap, warga yang tadinya kesulitan mengakses layanan kesehatan, bisa segera berobat dengan kehadiran Kapal Ramadan ACT ini.
Kebersamaan mereka telah dipisahkan oleh tugas. Ahmad Suhadi ditugaskan sebagai implementer ke daerah Maumere, Manggarai Barat dan Manggarai Timur, Refitia turun di Pelabuhan Kalabahi untuk memberi layanan kesehatan di Pulau Pura, Kabupaten Alor. Sementara Achmad Farudi harus ikut menuju tujuan akhir Kapal Ramadhan di Kupang.
Kapal Ramadhan merupakan program yang baru diluncurkan ACT tahun ini. Kapal ini membawa 10 ribu paket bantuan pangan untuk didistribusikan ke beberapa pulau di NTT.
Kapal Ramadhan memulai perjalanannya dari Dermaga Garongkong, Makasar, pada Kamis (31/5). Kapal ini telah singgah di Labuan Bajo pada Jumat (1/6) untuk menurunkan 3.700 paket bantuan pangan. Bantuan ini disalurkan ke Kabupaten Maumere, Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.
Kapal Ramadhan ACT kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Kalabahi. Di wilayah ini didistribusikan 3.871 paket bantuan pangan. Sebanyak 2.413 paket bantuan pangan disalurkan ke Alor Daratan dan Pulau Buaya, Sebanyak 1.195 paket didistribusikan ke Pulau Pantar, dan 263 paket lainnya ke Pulau Pura. Sisa paket bantuan pangan akan didistribusikan di tujuan akhir Kapal Ramadhan, yakni Kupang. (Ally Muhammad Abduh/INA/JITU)