Turki Desak Cina Tutup Kamp Penyiksaan Uighur
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki menggambarkan ‘kebijakan’ asimilasi sistematis Cina terhadap warga Uighur sebagai ‘sangat memalukan bagi kemanusiaan’.ANKARA (SALAM-ONLINE): Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Turki, Hami Aksoy, mengecam rezim komunis Cina atas penindasannya terhadap warga Muslim Uighur. Apa yang dilakukan Cina terhadap Uighur adalah “sangat memalukan bagi kemanusiaan”, demikian pernyataan Kemenlu itu yang dirilis Sabtu (9/2/2019).
“Kebijakan asimilasi sistematis rezim Cina terhadap warga Uighur adalah hal yang sangat memalukan bagi umat manusia,” tegas Aksoy yang dikutip kantor berita Anadolu, Sabtu (9/2).
“Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta orang Uighur—yang terkena penangkapan sewenang-wenang—menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak di pusat-pusat Kamp Konsentrasi dan penjara,” ungkap Aksoy.
“Warga Uighur—yang tidak ditahan di kamp-kamp—juga berada di bawah tekanan besar. Warga kami asal Uighur yang tinggal di luar negeri tidak dapat mendengar kabar dari kerabat mereka yang tinggal di wilayah ini (Xinjiang/Turkistan Timur, red),” sesalnya.
Aksoy menyatakan bahwa Turki meminta pihak berwenang Cina untuk menghormati hak asasi manusia Uighur dan menutup Kamp Konsentrasi/Kamp Penyiksaan.
“Kami juga menyerukan kepada masyarakat internasional dan Sekretaris Jenderal PBB agar mengambil langkah-langkah efektif untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Wilayah Xinjiang itu,” ujarnya.
Jubir Kemenlu Turki juga mengungkapkan tentang kematian penyair dan musisi Uighur, Abdurrehim Heyit, di tahun kedua penahanannya, Sabtu (9/2).
“Dalam lingkungan seperti itu, kami telah belajar dengan kesedihan yang mendalam bahwa penyair yang terhormat Abdurrehim Heyit, yang dijatuhi hukuman delapan tahun penjara, meninggal pada tahun kedua dari penahanannya,” katanya prihatin.
“Insiden tragis ini semakin memperkuat reaksi publik Turki terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang serius di Wilayah Xinjiang.”
Aksoy menyuarakan harapan Turki dari rezim Cina untuk mempertimbangkan reaksi orang-orang Turki atas pelanggaran HAM yang serius.
Wilayah Xinjiang Cina adalah rumah bagi sekitar 11 juta warga Uighur. Kelompok Muslim etnis Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama mendapatkan perlakuan buruk dan biadab rezim komunis Cina, termasuk melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.
Cina meningkatkan penindasannya terhadap Muslim Uighur di wilayah ini dalam dua tahun terakhir. Rezim komunis itu melarang pria menumbuhkan janggut, tak membolehkan Muslimah mengenakan jilbab dan memperkenalkan apa yang banyak ahli lihat sebagai program pengawasan elektronik paling luas di dunia, menurut The Wall Street Journal.
Hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan yang diperluas dari kamp “pendidikan ulang politik” menjadi Kamp Konsentrasi/Kamp Penyiksaan, menurut pejabat AS dan pakar PBB.
Dalam laporan terakhir yang dirilis September 2018 lalu, Human Rights Watch (HRW) mengecam rezim Ciina atas “kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia” terhadap Muslim Uighur di barat laut Xinjiang, wilayah otonom di negara itu.
Menurut laporan setebal 117 halaman, rezim Cina melakukan “penahanan, penyiksaan dan penganiayaan massal” terhadap warga Uighur di wilayah tersebut.
Siapakah Abdurrehim Heyit?
Abdurrehim Heyit, seorang penyair Uighur dan seorang musisi yang terkenal dengan lagu-lagunya yang menceritakan sejarah dan budaya Uighur, lahir di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, pada 1964.
Heyit, yang belajar di Sekolah Seni Rupa Kashgar, menjadi penyair terkenal di dunia dalam waktu singkat lewat lagu-lagunya yang ia nyanyikan dengan instrumen senar.
Heyit juga dikenal oleh banyak orang di Turki. Musisi terkemuka ini menggelar konser di Universitas Gazi, Ankara, pada 2015.
Heyit ditahan di Urumqi pada 2017 oleh rezim Cina tanpa penjelasan resmi. Dia dijatuhi hukuman 8 tahun penjara. (mus)
Sumber: Anadolu