Populasi Kristen di Palestina Menurun karena Penjajahan Zionis
SALAM-ONLINE: Jumlah orang Kristen di wilayah jajahan Zionis dan Palestina yang diduduki menurun. Hal ini terjadi lantaran kondisi ekonomi dan politik yang menekan akibat penjajahan Zionis terhadap bangsa Palestina.
Menurut Afro-Palestine Newswire Service yang dikutip Middle East Monitor (MEMO), Senin (21/10/2019), warga asli Kristen Palestina pernah memiliki populasi lebih dari 19 persen dari total penduduk Palestina. Tetapi saat ini jumlahnya berkurang dua persen. Konflik Arab-Zionis menyebabkan banyak orang Kristen Palestina meninggalkan wilayah mereka.
Dalam sebuah Konferensi “Tanah Suci” di Johannesburg yang digelar oleh Aliansi Injili Afrika Selatan (TEASA), para teolog dan aktivis Kristen Palestina berbicara tentang pembatasan yang dilakukan oleh penjajah Zionis di Palestina. Penjajah mencegah orang Kristen mempraktikkan iman mereka. Warga Kristen tidak diberi hak untuk beribadah di tempat paling suci mereka di Yerusalem yang diduduki oleh penjajah tersebut.
Penjajah Zionis juga menolak akses warga Palestina ke layanan kesehatan dan kesempatan kerja, demikian didengar para delegasi, yang mengarah pada penurunan drastis populasi bangsa Palestina, termasuk populasi orang Kristen.
Pembatasan pergerakan dan peluang untuk orang Palestina, termasuk pelarangan semua warga untuk bepergian, memaksa mereka berpisah saat liburan.
Banyak juga tanah yang dirampas untuk membuka jalan bagi permukiman ilegal Yahudi. Hal ini menyebabkan banyak warga kehilangan rumah dan sumber pendapatan.
Sekretaris Jenderal TEASA, Pendeta Moss Nthla, menjelaskan konferensi dan kunjungan ke Palestina adalah upaya yang efektif dari gerakan evangelis di Afrika Selatan untuk memperkenalkan narasi alternatif di “Tanah Suci” mereka.
“Sebagai orang Kristen, kita perlu mengubah peran kita sebagai kolaborator tanpa disadari dengan rakyat Palestina yang tertindas. Kita harus memberi informasi dan melengkapi diri kita untuk menjadi bagian dari solusi yang memiliki tujuan perdamaian yang adil di Palestina, daripada menjadi bagian dari masalah,” kata Moss Nthla kepada Afro-Palestine Newswire Service. (mus/salam)
Sumber: MEMO