Aksi Terorisme di India, Masjid Dibakar, 34 Orang Meninggal
Partai oposisi menuntut pemecatan menteri dalam negeri. Sementara OKI hanya mengutuk kekerasan anti-Muslim tersebut.
SALAM-ONLINE: Aksi terorisme berlangsung di India. Korban jiwa dalam aksi brutal yang sedang berlangsung di ibu kota India, New Delhi, itu telah meningkat menjadi 34 orang, kata seorang pejabat Departemen Kesehatan, Kamis (27/2/20).
Jumlah korban jiwa pada Rabu (26/2) adalah 27 orang. Tetapi tujuh kematian lagi dilaporkan dalam semalam, kata pejabat itu. Dia menambahkan bahwa lebih dari 170 orang telah terluka dalam kekerasan.
Namun, penyiar media lokal NDTV melaporkan bahwa jumlah korban meninggal telah meningkat menjadi 35 orang. Dan, lebih dari 200 orang terluka.
Bentrokan antara demonstran pro dan anti-kewarganegaraan dimulai pada Ahad (23/3). Bentrokan itu telah beralih kepada kekerasan komunal dan aksi terorisme yang dilakukan penganut mayoritas Hindu terhadap minoritas Muslim.
Bagian timur laut New Delhi telah terkena dampak paling besar ketika kelompok teroris menggeledah dan membakar masjid, rumah, sekolah dan area bisnis.
Oposisi menuntut tindakan
Sebuah delegasi dari kelompok oposisi, Partai Kongres, bertemu Presiden India Ram Nath Kovind pada Kamis (27/2) untuk menuntut pemecatan Menteri Dalam Negeri Amit Shah, seorang pembantu dekat Perdana Menteri Narendra Modi.
“Kami menyerahkan tuntutan kami kepada Presiden Kovind dalam sebuah memorandum. Pusat dan pemerintah Delhi adalah penonton bisu terhadap kekerasan,” kata pemimpin Partai Kongres Sonia Gandhi usai pertemuan.
Mantan Perdana Menteri Manmohan Singh juga merupakan bagian dari delegasi Partai Kongres.
“Kami bertemu presiden untuk memberi tahu dia bahwa apa yang terjadi di Delhi selama empat hari terakhir adalah rasa malu nasional dan masalah yang sangat memprihatinkan,” katanya.
“Ini adalah refleksi dari kegagalan total pemerintah (BJP) pusat.”
OKI mengutuk kekerasan ‘anti-Muslim’
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk keras “kekerasan terhadap Muslim yang mengkhawatirkan” di India.
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (27/2), organisasi yang beranggotakan 57 orang itu menyerukan “penghasut dan pelaku kekerasan anti-Muslim” untuk diadili.
“OKI mengutuk kekerasan baru-baru ini dan yang mengkhawatirkan terhadap umat Islam di India, yang mengakibatkan kematian dan cedera orang-orang tak bersalah, termasuk pembakaran dan perusakan masjid dan properti milik Muslim,” bunyi pernyataan itu.
OKI juga menyerukan pihak berwenang India “untuk membawa penghasut dan pelaku dari tindakan anti-Muslim ini ke pengadilan”. Selain itu OKI menuntut pihak otoritas India untuk memastikan keselamatan dan keamanan semua warga negara Muslim dan perlindungan tempat-tempat suci Islam di seluruh negeri.
Menghasut kekerasan
Kekerasan di ibu kota India meningkat sehari setelah Kapil Mishra, seorang pemimpin lokal Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, memperingatkan umat Islam untuk mengakhiri aksi protes di daerah Maujpur, Delhi.
Dia mengatakan para pengunjuk rasa akan menghadapi kemarahan pendukung BJP jika mereka tidak mengindahkan peringatannya.
“Kami memberi polisi Delhi tiga hari untuk membersihkan jalan di Jaffrabad dan Chand Bagh (daerah di Delhi). Setelah ini, kami tidak akan mendengarkan Anda,” kata Mishra dalam rapat umum hari Ahad (23/2), yang diposting lewat video di akun Twitternya.
Respons lemah dari kepolisian Delhi juga telah dikritik oleh Mahkamah Agung India dan Pengadilan Tinggi Delhi.
Hakim pengadilan tinggi Justice S. Muralidhar mengecam polisi karena gagal menghentikan kekerasan. Muralidhar juga mengecam penundaan mendaftarkan pengaduan ucapan pemimpin BJP Mishra yang mengandung kebencian.
“Kami tidak dapat memiliki 1984 lagi … di bawah pengawasan Anda,” katanya mengacu pada kerusuhan anti-Sikh 1984, di mana lebih dari 3.000 anggota komunitas minoritas saat itu tewas.
Beberapa jam setelah pernyataannya, pemerintah India memutasi Hakim Muralidhar dari Pengadilan Tinggi Delhi ke negara bagian utara Punjab. (mus)
Anadolu Agency