Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE: Sulaksono Wibowo dari Gardu Banteng Marhaen (GBM) mau melaporkan Prof Dr HM Din Syamsuddin, MA ke polisi atas pandangan dan dukungan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat itu kepada Said Didu dalam kasus Luhut Panjaitan yang juga berniat melaporkan Didu ke Polisi. Said Didu telah mendapat dukungan dari ratusan tokoh dan elemen masyarakat lainnya.
Alasan yang dikemukakan adalah bahwa dukungan Din Syamsuddin itu dinilai sebagai bentuk provokasi. Apalagi dengan pernyataan bahwa Didu akan mendapat simpati atau dukungan rakyat.
Ada lima kekeliruan Sulaksono. Pertama, sebagaimana Said Didu yang memberi penilaian pada langkah Luhut, maka apa yang dikemukakan Din adalah bagian dari sikap kritis yang bukan hanya wajar, tetapi harus.
Kedua, budaya main lapor seperti ini adalah tidak mendidik, anti kritik dan berjiwa kerdil. Jiwa penghambaan pada kekuasaan yang justru membangun permusuhan.
Ketiga, Din Syamsuddin yang mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu adalah tokoh Islam yang merepresentasi kepentingan umat yang besar. Langkah Sulaksono berspektrum luas pada aspek dukungan umat ke depan.
Keempat, Sulaksono dapat mempermalukan dan menggerogoti wibawa pemerintah secara tak langsung. Langkah melaporkan dinilai sebagai pembelaan pada Luhut secara membabi buta, pakai aparat segala.
Kelima, ketidaksetujuan atas suatu pandangan semestinya diungkapkan melalui tanggapan pandangan yang serupa dan berimbang. Jika mampu bangun opini yang lebih hebat. Itu sikap “gentleman”, bukan dengan sedikit-sedikit main lapor.
Jika upaya pelaporan Gardu Banteng Marhaen itu direalisasikan, maka Prof Din Syamsuddin bukan tokoh yang berjalan sendirian. Ia adalah Ketua Dewan Pertimbangan MUI, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, memimpin lembaga kemanusiaan dan keagamaan internasional.
Fakta terpenting, Din adalah sosok pemimpin umat Islam. Gardu Banteng yang mencoba menanduk tembok bukan hanya mungkin patah tanduk, tapi bisa bisa patah kepala kelak.
Penokohan kepemimpinan perjuangan akan semakin mengkristal dengan kebodohan pembelaan seperti ini. Said Didu, Faisal Basri dan Din Syamsuddin akan semakin mengkristal merepresentasi perjuangan rakyat untuk mendobrak benteng kezaliman, kebohongan dan kesombongan. Rakyat akan semakin mendukung.
Belajarlah dari pengalaman dan jangan lupakan sejarah.
*) Pemerhati Politik
Bandung, 15 Sya’ban 1441 H/9 April 2020 M