Catatan KH Athian Ali M Da’i, Lc, MA*
SALAM-ONLINE: Bilal sudah mengumandangkan adzan. Namun tidak seperti biasanya pada Subuh hari itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam belum juga hadir di masjid untuk mengimami shalat.
Kegelisahan pun mulai menyelimuti diri para sahabat. Akhirnya mereka sepakat mengutus Bilal ke rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Setelah mengetuk pintu, mengucapkan salam dan mendapat izin, Bilal pun masuk. Sesaat Bilal sontak tercengang ketika melihat Rasulullah masih duduk di atas sajadah shalatnya. Sementara kedua mata Beliau nampak sembap karena menangis sepanjang malam.
Ketika Bilal bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apa yang menjadi penyebabnya, maka baginda Rasul pun bercerita: “Tadi malam Malaikat Jibril kembali menemuiku dan menyampaikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah pada saat berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Allah Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini secara sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’,” (QS Ali Imran 190-191).
Mendengar itu, Bilal malah semakin tercengang lalu berujar: “Betapa indahnya firman Allah tersebut, lantas mengapa Baginda Rasul menangis?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Aku khawatir umatku di kemudian hari tidak lagi membaca apalagi mengamalkan isi yang terkandung di dalam firman-firman-Nya ini.”
Allahu Akbar! Kita patut berharap dan mutlak harus berjuang dengan memanfaatkan semua potensi yang Allah anugerahkan, agar tidak termasuk orang-orang yang ditangisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Akhirat kelak.
Untuk itu, kita harus berupaya setiap detik ber “Dzikrullah” (mengingat Allah) dengan selalu berjuang meniti kehidupan di jalan yang diridhai-Nya. Di antaranya dengan senantiasa “dzikr bil qolb wa bil lisaan” , berdzikir dengan hati dan lisan, pada setiap saat yang memungkinkan. Terutama seusai shalat fardhu dan sunnah.
Kehadiran Bulan Suci Ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan maghfirah ini harus kita jadikan sebagai ajang kita berjihad an-nafs agar tidak sedetik pun dalam hidup kita yang terlampaui tanpa dzikrullah. Menjalani semua aspek hidup dan kehidupan sejalan dan sesuai dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ibadah Shaum berpotensi besar untuk mendidik kita menjadi Muslim kaaffah yang senantiasa dzikrullah. Dengan demikian shaum kita tidak hanya sekadar shaum (menahan diri) dari yang dihalalkan dalam bentuk makan, minum dan melakukan hubungan suami istri sejak fajar sampai tenggelam matahari. Tapi terutama shaumnya kita per detik: dari ucapan, pandangan, pemikiran, perbuatan dan tindakan yang diharamkan, dibenci dan dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam kaitan dzikr bil lisaan, di antaranya dengan beramar ma’ruf nahi munkar, khususnya di lingkungan keluarga (QS At-Tahriim: 6). Sebab, dzikr bil lisaan dalam bentuk ajakan untuk bersama-sama menjalani kehidupan di jalan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala, merupakan bentuk ucapan yang paling Allah cintai dari segala macam ucapan yang keluar dari mulut hamba-hamba-Nya. (QS Fushshilat: 33
Semoga dengan senantiasa berdzikrullah, batin dan jiwa kita semakin tenang dalam menghadapi segala macam musibah, termasuk dalam mengatasi wabah COVID-19 saat ini.
“Ingatlah, hanya dengan dzikrullah (mengingat Allah) jiwa seseorang menjadi tenang,” (QS Ar-Ra’d: 28).
*) Penulis Ketua Umum Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI)