Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE: “Blessing in disguise” terjemahan sederhananya keuntungan tersamar (berkah tersembunyi). Sesuatu yang mungkin awalnya dianggap buruk ternyata mengandung kebaikan. Sesuatu yang didapat di luar dugaan atau tidak direncanakan. Bahasa agamanya “min haitsu laa yahtasib”.
Peristiwa politik kini khususnya soal RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) adalah hikmah di tengah bencana. Ada “blessing in disguise” bagi bangsa Indonesia dari “skandal” ini. Sekurangnya empat hal, yaitu:
Pertama, yang biasa teriak-teriak “Saya Pancasila” ketika Pancasila diganggu ternyata diam saja. Ini kaum munafikun.
Kedua, umat Islam yang biasa dipojokkan anti Pancasila justru kini terbukti yang berada paling depan dalam membela Pancasila.
Ketiga, umat Islam menjadi bersatu. MUI, NU, Muhammadiyah, Persis, DDII dan lainnya satu sikap. Kekuatan umat tergalang, baik pusat maupun daerah.
Keempat, terkuak platform perjuangan PDIP yang dapat melemahkan atau potensial mengubah dan membahayakan Pancasila. Ada Trisila dan Ekasila.
Awalnya tentu PDIP prcaya diri sebagai pengusul untuk dapat melalui proses tahapan menuju RUU tanpa hambatan. Mayoritas fraksi DPR bisa dilobi. Saat ketuk palu di Rapat Paripurna yang dinilai cacat hukum pun tidak ada yang protes. Mulus saja.
Setelah menjadi RUU barulah menggelombang aksi protes. Berbagai pernyataan sikap dikeluarkan oleh elemen-elemen masyarakat. Penolakan luar biasa pun masif. Isu RUU beraroma PKI dan Komunisme terus menggema. PDIP kalang kabut menjadi tertuduh.
Pandangan agama “blessing in disguise” adalah kebenaran yang sesuai dengan rencana Allah. Artinya makar manusia yang belum tentu terealisasi. Ujungnya berantakan.
“Wa makaruu wa makarallaah, wallahu khoirul maakiriin” (Mereka punya makar dan Allah punya makar pula. Dan Allah lah sebaik-baik pembuat makar)—QS Ali Imran: 54.
RUU HIP sejak awal adalah makar (rencana) itu. Namun Allah tunjukkan akan makar-Nya. Kini terbukti makar Allah sedang berjalan. Kita akan melihat betapa hebat Allah membuka kedok makar manusia. Allah itu sebaik baik pembuat makar (rencana).
“Blessing in disguise” bagi orang yang beriman adalah bukti-bukti. Umat Islam sepanjang berjuang keras di jalan-Nya maka akan ada banyak menerima “blessing in disguise”.
Oleh karenanya pada bidang apapun di samping melakukan langkah kalkulatif mengikuti hukum sebab akibat, namun mesti mendapatkan dan kejar pula “karunia Allah yang tak terduga” melalui sebab perjuangan yang berani dan sungguh-sungguh.
“Walladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa” (Dan mereka yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan Allah, maka pasti Allah akan membukakan jalan-jalan-Nya)—QS Al Ankabuut 69.
“Nashrun minallaah, wa fathun qariib”
(Pertolongan itu dari Allah dan kemenangan pun dekat)—QS AS Shaff: 13.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 10 Dzulqo’dah 1441 H/ 1 Juli 2020 M